Tulisan ini ku buat sembilan hari sebelum kedatanganmu. Seperti yang sudah-sudah, kedatanganmu selalu dinanti. Kau teristimewa Kabar bahwa kau akan datang telah ku catat baik-baik bahkan dari setahun yang lalu. Hadirmu selalu terngiang-ngiang dikepala, ah.. membayangkannmu saja aku sudah senang. Namun, ditengah indahnya bayang-bayang itu tak kupungkiri ada rasa was-was, takut, khawatir, dan sedih melintas dikepala. Akankah? Andai? Bagaimana jika?. Akankah bisa aku bertemu denganmu? Andai pertemuan kita tahun ini tidak terjadi? Bagaimana jika tahun kemarin adalah pertemuan terakhir kita? Sedikit berlebihan, tapi itulah alasan mengapa kau menjadi sangat berarti, istimewa Tamu istimewa tentunya akan disambut dengan baik. Sudah kucicil hari demi hari mempersiapkan segala keperluan untuk menyambutmu walaupun masih banyak kekurangan sana sini. Sudah aku tulis apa-apa saja yang perlu ku persiapkan, sudah ku rencanakan. Karena 720 jam setelah nya kita akan terus bersama. Sebulan se
12 Juni 2019. Perjalanan di mulai. Beberapa hari kedepan aku akan melalui hal-hal yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya, di tempat baru, susasana baru, dan dengan sebagian orang-orang baru. Alhamdulillah wa syukurillah. Flight pertama pesawat dari Pekanbaru menuju Kuala Lumpur Malaysia dengan waktu tempuh lebih kurang hanya 45 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Jeddah Saudi Arabia. Menempuh waktu lebih kurang 8 jam dan setibanya di Jeddah pukul 3 subuh aku dan rombongan disambut oleh beberapa orang pria, dan kemudian dari beberapa pria tersebut satu orang diantaranya ikut serta ke perjalanan kami berikutnya menuju kota Madinah. Ya, beliau mutawwif nya. Nama nya ustaz Ghufran, WNI yang sudah menetap beberapa tahun terakhir di Jeddah. Di dalam bis menuju Madinah dimana kondisi badan lelah, sedikit pegal, kaki bengkak karena lama duduk di pesawat, mata mengantuk karena masih subuh, aku terbangun oleh kalimat yang diucapkan oleh ustaz Ghufran s