Micellar Liquid Chromatography (MLC) atau kromatografi cair misel adalah suatu teknik pemisahan model kromatografi cair kinerja tinggi fase-terbalik (RPLC) dimana fasa gerak yang digunakan merupakan surfaktan yang mengandung gugus fungsi ionik maupun non-ionik pada konsentrasi yang melebihi konsentrasi misel kritis (cmc). Sedangkan fase diamnya dapat berupa C18 yang dilapisi dengan monomer adsorpsi surfaktan, membentuk permukaan mirip dengan bagian luar misel. Keberadaan misel dalam fase gerak dan modifikasi permukaan fase diam mempengaruhi retensi, selektivitas dan efisiensi.
Komponen MLC: pompa, injector, tubing, detektor, dll. Karakteristik paling menarik yang ditawarkan oleh MLC sehubungan dengan RPLC klasik adalah fleksibilitas yang besar yang dihasilkan oleh berbagai jenis zat terlarut, misel dan interaksi solut dimodifikasi fase diam, perubahan selektivitas, dan overlaping tailing. Surfaktan yang cocok untuk MLC harus memiliki cmc rendah karena cmc yang tinggi akan mengakibatkan surfaktan beroperasi pada konsentrasi yang tinggi, sehingga menghasilkan solusi kental, memberikan tekanan sistem yang tinggi yang tidak diinginkan, dan kebisingan pada latar detektor UV. Selain itu,MLC juga dapat diinjeksi langsung cairan fisiologisnya. Misalnya: urine, plasma, serum dan susu, tanpa pra perawatan lainnya selain filtrasi, dengan tidak ada peningkatan tekanan sistem atau tidak ada kerusakan terlihat meskipun sering digunakan untuk injection protein, mempercepat gerak kolom yang tersapu tanpa bahaya. Untuk mencegah kontaminasi kolom dengan cara pengenceran atau penyaringan sampel sebelum injeksi. Beberapa contoh, seperti serum, perlu sentrifugasi sebelum analisis kromatografi. Ini sedikit pra perawatan meminimalkan paparan kolom untuk senyawa yang tidak diinginkan.
Surfaktan yang sering digunakan: anionik sodium dodecyl sulfat (SDS), bromida cetyltrimethylammonium kationik (CTAB), Triton X-100 dan non ionik Brij-35.
Pemilihan pengubah pelarut organik yang sesuai di MLC harus mempertimbangkan polaritas dari analit. Untuk senyawa polar, waktu retensi cukup pendek (di bawah 20 menit) diperoleh dengan 1-propanol, 2-propanol atau asetonitril. Untuk senyawa non-polar atau senyawa dengan afinitas tinggi untuk surfaktan teradsorpsi pada fase diam, pelarut kuat sebagai 1-butanol atau 1-pentanol.
Dasar Micellar Liquid Chromatography (MLC)
Penggunaan micells (molekul-molekul surfaktan yang beraosiasi) dalam HPLC pertama kali dilakukan oleh Amstrong dan Henry (1980). Karena merupakan HPLC fasa terbalik (RP-HPLC) maka fasa diam non polar, dimana biasanya rantai hidrokarbon dan fase gerak polar. Fase gerak umumnya terdiri dari air dan penambahan pelarut organik seperti metanol atau acetonitril. Pada fase gerak/fase ketiga ke dalam solut yang akan dipisahkan dialkukan penambahan micel. Pemisahan komponen didasarkan pada kepolaran. Bila polaritas komponen turun, waktu tinggal dalam kolom semakin bertambah. solut dengan polaritas tinggi akan kurang berinteraksi dengan fase diam dan lebih lama berada dalam fase gerak.
Misel
Misel merupakan sebuah kumpulan molekul surfaktan yang terdispersi dalam koloid cair. Sifat khas misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus hidrofilik bersinggungan dengan solven yang mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus hidrofobik didalam pusat misel. Misel biasanya berbentuk globular dan secara garis besar berbentuk speris, akan tetapi dapat pula berbentuk elipsoida, silinder, dan bilayer. Bentuk dan ukuran misel merupakan fungsi dari geometri molekular dari molekul surfaktan tersebut dan
kondisi larutan seperti konsentrasi surfaktan, temperatur, pH, dan kekuatan ionik. Proses pembentukan misel disebut sebagai miselisasi.
Surfaktan
Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung yang satu (biasa disebut kepala) hidrofilik, yaitu suka terhadap air dan ujung satunya lagi (yang disebut ekor) hidrofobik yang tidak suka terhadap air. Surfaktan memiliki sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik. Apabila ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, maka dapat mengubah karakteristik tegangan permukaan dan antarmuka cairan tersebut. Surfaktan akan berbusa dengan baik di segala jenis air dan akan dapat dibilas dengan mudah dan sempurna dalam sampo modern. surfaktan dibagi atas surfaktan anionik, kationik, non ionik, dan amfoterik.
Molekul surfaktan individual yang terdapat didalam koloid, namun bukan bagian dari misel disebut monomer. Didalam air, kepala hidrofilik molekul surfaktan selalu bersinggungan dengan sebagian besar dari solven, tanpa memperdulikan apakah keberadaan surfaktan sebagai monomer atau bagian dari misel.
Namun demikian, ekor hidrofobik molekul surfaktan memiliki sedikit kontak dengan air bila merupakan bagian dari misel. Di dalam suatu misel, ekor hidrofobik dari beberapa molekul surfaktan berkumpul menjadi seperti inti minyak yang memiliki sedikit kontak dengan air. Sebaliknya monomer surfaktan dikelilingi oleh molekul air yang membuat suatu kurungan molekul yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Kurungan air ini memiliki struktur kristal seperti es. Misel tersusun dari surfaktan ionik yang dikelilingi oleh awan ion-ion. Karena ion-ion ini memiliki muatan berlawanan dengan muatan ionik surfaktan, maka disebut ion berlawanan. Walaupun ikatan ion berlawanan menetralisir muatan misel (hampir 90%), efek dari muatan misel dapat mempengaruhi stuktur solven yang mengelilinginya pada jarak tertentu dari misel.
Misel ionik dapat mempengaruhi beberapa sifat campuran, termasuk konduktivitas listrik. Penambahan garam pada koloid yang mengandung misel dapat menurunkan kekuatan interaksi elekrostatik dan menyebabkan menjadi formasi misel ionik yang lebih besar. Misel hanya terbentuk bila konsentrasi surfaktan lebih besar daripada konsentrasi kritis misel (kkm) dan temperatur sistem lebih besar daripada temperatur kritis misel atau temperatur Kraff.
Konsentrasi kritis misel (kkm) merupakan titik penjenuhan surfaktan dalam sistem air. Kkm dapat diamati dengan kurva yang diskontinu dari sifat fisik sistem sebagai suatu fungsi dari jumlah surfaktan yang ditambahkan. Pembentukan misel dapat dipahami dengan menggunakan termodinamika: misel dapat terbentuk secara spontan karena keseimbangan antara entropi dan entalpi. Didalam air efek hidrofobik merupakan gaya pendorong pembentukan misel, meskipun faktanya pengumpulan molekul surfaktan menurunkan entropinya. Pada umumnya, diatas kkm, entropi dari pengumpulan molekul surfaktan lebih sediki daripada entropi dari molekul kurungan air. Hal yang juga penting adalah pertimbangan entalpi seperti interaksi elektrostatis yang terjadi antara muatan (atau ionik) surfaktan. Ketika surfaktan berada diatas kkm (konsentrasi kritis misel), surfaktan dapat berfungsi sebagai pengemulsi yang akan melarutkan senyawa yang secara normal tidak larut dalam solven yang digunakan. Hal ini terjadi karena spesies tidak mudah larut dapat dimasukkan kedalam inti misel, dimana spesies tersebut terlarut didalam sebagian besar solven oleh kebalikan kepala gugus yang berinteraksi dengan baik dengan spesies solven.
Komponen MLC: pompa, injector, tubing, detektor, dll. Karakteristik paling menarik yang ditawarkan oleh MLC sehubungan dengan RPLC klasik adalah fleksibilitas yang besar yang dihasilkan oleh berbagai jenis zat terlarut, misel dan interaksi solut dimodifikasi fase diam, perubahan selektivitas, dan overlaping tailing. Surfaktan yang cocok untuk MLC harus memiliki cmc rendah karena cmc yang tinggi akan mengakibatkan surfaktan beroperasi pada konsentrasi yang tinggi, sehingga menghasilkan solusi kental, memberikan tekanan sistem yang tinggi yang tidak diinginkan, dan kebisingan pada latar detektor UV. Selain itu,MLC juga dapat diinjeksi langsung cairan fisiologisnya. Misalnya: urine, plasma, serum dan susu, tanpa pra perawatan lainnya selain filtrasi, dengan tidak ada peningkatan tekanan sistem atau tidak ada kerusakan terlihat meskipun sering digunakan untuk injection protein, mempercepat gerak kolom yang tersapu tanpa bahaya. Untuk mencegah kontaminasi kolom dengan cara pengenceran atau penyaringan sampel sebelum injeksi. Beberapa contoh, seperti serum, perlu sentrifugasi sebelum analisis kromatografi. Ini sedikit pra perawatan meminimalkan paparan kolom untuk senyawa yang tidak diinginkan.
Surfaktan yang sering digunakan: anionik sodium dodecyl sulfat (SDS), bromida cetyltrimethylammonium kationik (CTAB), Triton X-100 dan non ionik Brij-35.
Pemilihan pengubah pelarut organik yang sesuai di MLC harus mempertimbangkan polaritas dari analit. Untuk senyawa polar, waktu retensi cukup pendek (di bawah 20 menit) diperoleh dengan 1-propanol, 2-propanol atau asetonitril. Untuk senyawa non-polar atau senyawa dengan afinitas tinggi untuk surfaktan teradsorpsi pada fase diam, pelarut kuat sebagai 1-butanol atau 1-pentanol.
Dasar Micellar Liquid Chromatography (MLC)
Penggunaan micells (molekul-molekul surfaktan yang beraosiasi) dalam HPLC pertama kali dilakukan oleh Amstrong dan Henry (1980). Karena merupakan HPLC fasa terbalik (RP-HPLC) maka fasa diam non polar, dimana biasanya rantai hidrokarbon dan fase gerak polar. Fase gerak umumnya terdiri dari air dan penambahan pelarut organik seperti metanol atau acetonitril. Pada fase gerak/fase ketiga ke dalam solut yang akan dipisahkan dialkukan penambahan micel. Pemisahan komponen didasarkan pada kepolaran. Bila polaritas komponen turun, waktu tinggal dalam kolom semakin bertambah. solut dengan polaritas tinggi akan kurang berinteraksi dengan fase diam dan lebih lama berada dalam fase gerak.
Misel
Misel merupakan sebuah kumpulan molekul surfaktan yang terdispersi dalam koloid cair. Sifat khas misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus hidrofilik bersinggungan dengan solven yang mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus hidrofobik didalam pusat misel. Misel biasanya berbentuk globular dan secara garis besar berbentuk speris, akan tetapi dapat pula berbentuk elipsoida, silinder, dan bilayer. Bentuk dan ukuran misel merupakan fungsi dari geometri molekular dari molekul surfaktan tersebut dan
kondisi larutan seperti konsentrasi surfaktan, temperatur, pH, dan kekuatan ionik. Proses pembentukan misel disebut sebagai miselisasi.
Surfaktan
Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung yang satu (biasa disebut kepala) hidrofilik, yaitu suka terhadap air dan ujung satunya lagi (yang disebut ekor) hidrofobik yang tidak suka terhadap air. Surfaktan memiliki sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik. Apabila ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, maka dapat mengubah karakteristik tegangan permukaan dan antarmuka cairan tersebut. Surfaktan akan berbusa dengan baik di segala jenis air dan akan dapat dibilas dengan mudah dan sempurna dalam sampo modern. surfaktan dibagi atas surfaktan anionik, kationik, non ionik, dan amfoterik.
Molekul surfaktan individual yang terdapat didalam koloid, namun bukan bagian dari misel disebut monomer. Didalam air, kepala hidrofilik molekul surfaktan selalu bersinggungan dengan sebagian besar dari solven, tanpa memperdulikan apakah keberadaan surfaktan sebagai monomer atau bagian dari misel.
Namun demikian, ekor hidrofobik molekul surfaktan memiliki sedikit kontak dengan air bila merupakan bagian dari misel. Di dalam suatu misel, ekor hidrofobik dari beberapa molekul surfaktan berkumpul menjadi seperti inti minyak yang memiliki sedikit kontak dengan air. Sebaliknya monomer surfaktan dikelilingi oleh molekul air yang membuat suatu kurungan molekul yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Kurungan air ini memiliki struktur kristal seperti es. Misel tersusun dari surfaktan ionik yang dikelilingi oleh awan ion-ion. Karena ion-ion ini memiliki muatan berlawanan dengan muatan ionik surfaktan, maka disebut ion berlawanan. Walaupun ikatan ion berlawanan menetralisir muatan misel (hampir 90%), efek dari muatan misel dapat mempengaruhi stuktur solven yang mengelilinginya pada jarak tertentu dari misel.
Misel ionik dapat mempengaruhi beberapa sifat campuran, termasuk konduktivitas listrik. Penambahan garam pada koloid yang mengandung misel dapat menurunkan kekuatan interaksi elekrostatik dan menyebabkan menjadi formasi misel ionik yang lebih besar. Misel hanya terbentuk bila konsentrasi surfaktan lebih besar daripada konsentrasi kritis misel (kkm) dan temperatur sistem lebih besar daripada temperatur kritis misel atau temperatur Kraff.
Konsentrasi kritis misel (kkm) merupakan titik penjenuhan surfaktan dalam sistem air. Kkm dapat diamati dengan kurva yang diskontinu dari sifat fisik sistem sebagai suatu fungsi dari jumlah surfaktan yang ditambahkan. Pembentukan misel dapat dipahami dengan menggunakan termodinamika: misel dapat terbentuk secara spontan karena keseimbangan antara entropi dan entalpi. Didalam air efek hidrofobik merupakan gaya pendorong pembentukan misel, meskipun faktanya pengumpulan molekul surfaktan menurunkan entropinya. Pada umumnya, diatas kkm, entropi dari pengumpulan molekul surfaktan lebih sediki daripada entropi dari molekul kurungan air. Hal yang juga penting adalah pertimbangan entalpi seperti interaksi elektrostatis yang terjadi antara muatan (atau ionik) surfaktan. Ketika surfaktan berada diatas kkm (konsentrasi kritis misel), surfaktan dapat berfungsi sebagai pengemulsi yang akan melarutkan senyawa yang secara normal tidak larut dalam solven yang digunakan. Hal ini terjadi karena spesies tidak mudah larut dapat dimasukkan kedalam inti misel, dimana spesies tersebut terlarut didalam sebagian besar solven oleh kebalikan kepala gugus yang berinteraksi dengan baik dengan spesies solven.
Komentar
Posting Komentar