Penyebab terjadinya pergerakan lempeng
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Wegener belum dapat menjelaskan bagaimana lempeng bergerak. Akan tetapi, dengan adanya teknologi yang ada saat ini para ilmuan telah menemukan beberapa penjelasan tersebut. salah satu teori yang diajukan ilmuan adalah terjadinya perpindahan panas dari inti bumi ke lapisan mantel secara konveksi.
Inti bumi memiliki suhu hingga 6000°C akan memanaskan material mantel bumi bagian bawah, sehingga massa jenis material tersebut berkurang. Akibatnya material tersebut bergerak naik dari dasar ke permukaan mantel. Sesampainya dipermukaan, material tersebut akan mengalami penurunan suhu, sehingga material massa jenis akan bertambah. Karena massa jenisnya bertambah, material tersebut akan turun ke dasar mantel. Di dasar mantel, material tersebut akan terkena panas bumi kembali, sehingga proses konveksi terus-menerus terjadi. Berdasarkan teori ini, ilmuan berhipotesis bahwa konveksi inti bumi menyebabkan pergerakan lempeng.
Bumi merupakan planet yang dinamis dengan bagian inti yang panas. Panas dari inti bumi akan berpindah secara konveksi, sehingga mengakibatkan pergerakan lempeng. Ketika lempeng bergerak, maka akan terjadi interaksi antarlempeng. Interaksi antarlempeng tersebut dapat membentuk palung laut, pegunungan, maupun sebuah gunung berapi. Ketika lempeng bergerak, maka sebuah energi akan dilepaskan berupa gelombang seismik atau yang dikenal dengan gempa. Kita dapat melihat efek dari pergerakan lempeng di daerah pegunungan, erupsi, gunung berapi, atau sebuah tempat yang berubah setelah terjadi gempa atau aktivitas gunung berapi.
a. Gempa Bumi
Pergerakan lempeng memberikan efek getaran yang sama seperti mematahkan ranting. Ketika mendapatkan gaya yang cukup besar yang berasal dari
pergerakan lempeng, maka bebatuan di lempeng akan menegang. Akibatnya, lempeng tersebut berubah bentuk. Bahkan, lempeng dapat patah atau
kembali ke bentuk semula jika gaya tersebut hilang.
Batuan pada lempeng mengalami perubahan bentuk atau deformasi secara perlahan dalam jangka waktu tertentu. Ketika batuan tersebut mengeras
atau menegang maka energi potensialnya terus bertambah. Ketika lempeng bergerak atau patah, maka energi tersebut dilepaskan. Energi tersebut
mengakibatkan terjadinya getaran yang merambat melalui material bumi lainnya. Getaran ini disebut gempa bumi.
Ilmu yang mempelajari tentang gempa bumi adalah seismologi. Dalam seismologi kekuatan gempa disebut sebagai magnitude
yang dinyatakan dengan skala Richter. Rentang skala Richter antara 1,0 – 10,0. Setiap kenaikan 1,0 skala, energi gempa dihasilkan 32
kali lebih besar.
b. Tsunami
Ketika gempa bumi terjadi didasar laut, gerakan lempeng akan mendorong air laut ke atas, sehingga timbul gelombang yang besar dan kuat.
Gelombang air laut dapat mengalir ratusan kilometer ke segala arah dari episentrum. Gelombang air laut ini disebut tsunami. Proses terjadinya gelombang tsunami:
• Celah diciptakan oleh gempa bawah laut, terhisap dalam air sampai pada tetes permukaan laut
• Getaran bawah air tersebar di antara jarak 125-250 km, menciptakan gelombang dengan kecepatan 500 km/jam
• Terjadi gelombang besar mencapai pantai
Referensi:
Widodo Wahano, dkk. 2016. Ilmu Penegtahuan Alam. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Wegener belum dapat menjelaskan bagaimana lempeng bergerak. Akan tetapi, dengan adanya teknologi yang ada saat ini para ilmuan telah menemukan beberapa penjelasan tersebut. salah satu teori yang diajukan ilmuan adalah terjadinya perpindahan panas dari inti bumi ke lapisan mantel secara konveksi.
Inti bumi memiliki suhu hingga 6000°C akan memanaskan material mantel bumi bagian bawah, sehingga massa jenis material tersebut berkurang. Akibatnya material tersebut bergerak naik dari dasar ke permukaan mantel. Sesampainya dipermukaan, material tersebut akan mengalami penurunan suhu, sehingga material massa jenis akan bertambah. Karena massa jenisnya bertambah, material tersebut akan turun ke dasar mantel. Di dasar mantel, material tersebut akan terkena panas bumi kembali, sehingga proses konveksi terus-menerus terjadi. Berdasarkan teori ini, ilmuan berhipotesis bahwa konveksi inti bumi menyebabkan pergerakan lempeng.
Bumi merupakan planet yang dinamis dengan bagian inti yang panas. Panas dari inti bumi akan berpindah secara konveksi, sehingga mengakibatkan pergerakan lempeng. Ketika lempeng bergerak, maka akan terjadi interaksi antarlempeng. Interaksi antarlempeng tersebut dapat membentuk palung laut, pegunungan, maupun sebuah gunung berapi. Ketika lempeng bergerak, maka sebuah energi akan dilepaskan berupa gelombang seismik atau yang dikenal dengan gempa. Kita dapat melihat efek dari pergerakan lempeng di daerah pegunungan, erupsi, gunung berapi, atau sebuah tempat yang berubah setelah terjadi gempa atau aktivitas gunung berapi.
a. Gempa Bumi
Pergerakan lempeng memberikan efek getaran yang sama seperti mematahkan ranting. Ketika mendapatkan gaya yang cukup besar yang berasal dari
pergerakan lempeng, maka bebatuan di lempeng akan menegang. Akibatnya, lempeng tersebut berubah bentuk. Bahkan, lempeng dapat patah atau
kembali ke bentuk semula jika gaya tersebut hilang.
Batuan pada lempeng mengalami perubahan bentuk atau deformasi secara perlahan dalam jangka waktu tertentu. Ketika batuan tersebut mengeras
atau menegang maka energi potensialnya terus bertambah. Ketika lempeng bergerak atau patah, maka energi tersebut dilepaskan. Energi tersebut
mengakibatkan terjadinya getaran yang merambat melalui material bumi lainnya. Getaran ini disebut gempa bumi.
Ilmu yang mempelajari tentang gempa bumi adalah seismologi. Dalam seismologi kekuatan gempa disebut sebagai magnitude
yang dinyatakan dengan skala Richter. Rentang skala Richter antara 1,0 – 10,0. Setiap kenaikan 1,0 skala, energi gempa dihasilkan 32
kali lebih besar.
b. Tsunami
Ketika gempa bumi terjadi didasar laut, gerakan lempeng akan mendorong air laut ke atas, sehingga timbul gelombang yang besar dan kuat.
Gelombang air laut dapat mengalir ratusan kilometer ke segala arah dari episentrum. Gelombang air laut ini disebut tsunami. Proses terjadinya gelombang tsunami:
• Celah diciptakan oleh gempa bawah laut, terhisap dalam air sampai pada tetes permukaan laut
• Getaran bawah air tersebar di antara jarak 125-250 km, menciptakan gelombang dengan kecepatan 500 km/jam
• Terjadi gelombang besar mencapai pantai
Referensi:
Widodo Wahano, dkk. 2016. Ilmu Penegtahuan Alam. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta
Komentar
Posting Komentar