Dalam ilmu pengetahuan alam (IPA) tentang kebumian, tanah atau bebatuan yang ada di bumi disebut litosfer. Litosfer berasal dari bahasa Yunani yakni lithos (batuan) dan sphaira (lapisan). Jadi, litosfer merupakan lapisan batuan yang ada di bumi. Litosfer diartikan sebagai seluruh bagian padat bumi, termasuk intinya.
Struktur padat bumi terdiri atas kerak bumi, mantel, dan inti bumi.
• Kerak bumi terbagi menjadi kerak benua (kerak bumi yang berada di daratan) dan kerak samudera (kerak bumi yang berada di daratan.
• Mantel bumi terdiri atas mantel atas dan mantel bawah.
• Inti bumi dibedakan menjdadi dua, yakni inti luar yang berupa cairan pekat dan inti dalam yang bersifat pekat hampir menyerupai
padatan.
Teori Tektonik Lempeng
Fakta pertama: Ternyata potongan benua akan membentuk kesatuan seperti sebuah puzzle.
Seorang ahli meteorologi asal Jerman bernama Alfred Wegener mengajukan sebuah teori yang dikenal dengan teori pergerakan benua (continental drift). Dalam teorinya, Wegener menjelaskan bahwa pada zaman dahulu, semua benua di bumi menyatu membentuk sebuah daratan yang luas (Pangeae). Sekitar 200 juta tahun yang lalu benua tersebut terpisahh dan bergerak menjauh perlahan.
Fakta kedua: Adanya Penemuan fosil
Penemuan fosil Mesosaurus di Amerika selatan dan Afrika. Mesosaurus merupakan jenis reptil yang hidup di darat dan di air tawar. Wegener beranggapan bahwa Mesosaurus tidak mungkin berenang di samudera untuk sampai ke benua lain. Oleh karena itu, Wegener beranggapan bahwa Mesosaurus hidup di benua tersebut pada saat benua masih menyatu.
Fakta ketiga: kesamaan jenis bebatuan yang menyusun suatu benua.
Misalnya, struktur bebatuan pegunungan Appalachian di Amerika Serikat memiliki kesamaan dengan batuan di Greenland dan Eropa Barat. Selain itu struktur batuan yang ada di Amerika Selatan dan Afrika juga memiliki kesamaan. Kesamaan inilah yang mendukung bahwa benua pernah menyatu.
Kelemahan teori yang diajukan Wegener yaitu tidak dapat menjelaskan bagaimana benua terpisah dan bergerak menjauh.
Pada awal tahun 1960 muncul teori baru yang dikenal dengan teori Seafloor Spreading yang dikemukakan oleh seorang ilmuan dari Pricenton University yang bernama Harry Hess. Hess menjelaskan bahwa dibawah kerak bumi tersusun atas material yang panas dan memiliki massa jenis yang rendah. Akibatnya, material tersebut naik ke punggung kerak samudera. Kemudian material bergerak kesamping bersama dasar kerak samudera, hingga bagian dasar kerak samudera tersebut menjauh dari punggung kerak samudera dan membentuk sebuah patahan. Akibat dari hak tersebut, maka magma akan naik ke atas dan mengisi patahan tersebut. magma yang telah sampai ke patahan akan mendingin dan membentuk kerak yang baru. Teori ini mampu menjelaskan bagaimana proses terbentuknya lembah maupun gunung bawah laut. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian tentang usia batuan dasar laut dengan kapal Glomar Challenger (1986). Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa usia batuan pada punggung kerak samudera lebih tua dari usia batuan pada dasar kerak.
Kemudian ilmuan mengembangkan teori berdasarkan teori Continental drift dan seafloor spreading teori ini disebut teori tektonik lempeng. Berdasarkan teori ini, kerak bumi dan bagian atas dari mantel bumi terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian ini disebut lempeng. Lempeng tersusun atas kerak dan bagian atas mantel bumi. Ketika lempeng bergerak, akan terjadi interaksi antar lempeng. Pergerakan sebuah lempeng akan mengakibatkan perubahan pada lempeng lainnya.
• Divergent : apabila 2 lempeng bergerak saling menjauh.
• Convergent : apabila 2 lempeng bergerak saling mendekat. Pergerakan lempeng secara konvergen akan mengakibatkan tabrakan antar
lempeng, akibantnya terjadi fenomena subduksi dan tabrakan antarbenua. Tabrakan antar benua terjadi ketika kerak benua
bergerak saling mendekat. Contohnya pegunungan himalaya. Pegunungan himalaya terbentuk karena ada dua lempeng benua yang
bertabrakan, sehingga mengakibatkan salah satu kerak benua terdorong ke atas dan membentuk pegunungan.
Referensi:
Widodo Wahano, dkk. 2016. Ilmu Penegtahuan Alam. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta
Struktur padat bumi terdiri atas kerak bumi, mantel, dan inti bumi.
• Kerak bumi terbagi menjadi kerak benua (kerak bumi yang berada di daratan) dan kerak samudera (kerak bumi yang berada di daratan.
• Mantel bumi terdiri atas mantel atas dan mantel bawah.
• Inti bumi dibedakan menjdadi dua, yakni inti luar yang berupa cairan pekat dan inti dalam yang bersifat pekat hampir menyerupai
padatan.
Teori Tektonik Lempeng
Fakta pertama: Ternyata potongan benua akan membentuk kesatuan seperti sebuah puzzle.
Seorang ahli meteorologi asal Jerman bernama Alfred Wegener mengajukan sebuah teori yang dikenal dengan teori pergerakan benua (continental drift). Dalam teorinya, Wegener menjelaskan bahwa pada zaman dahulu, semua benua di bumi menyatu membentuk sebuah daratan yang luas (Pangeae). Sekitar 200 juta tahun yang lalu benua tersebut terpisahh dan bergerak menjauh perlahan.
Fakta kedua: Adanya Penemuan fosil
Penemuan fosil Mesosaurus di Amerika selatan dan Afrika. Mesosaurus merupakan jenis reptil yang hidup di darat dan di air tawar. Wegener beranggapan bahwa Mesosaurus tidak mungkin berenang di samudera untuk sampai ke benua lain. Oleh karena itu, Wegener beranggapan bahwa Mesosaurus hidup di benua tersebut pada saat benua masih menyatu.
Fakta ketiga: kesamaan jenis bebatuan yang menyusun suatu benua.
Misalnya, struktur bebatuan pegunungan Appalachian di Amerika Serikat memiliki kesamaan dengan batuan di Greenland dan Eropa Barat. Selain itu struktur batuan yang ada di Amerika Selatan dan Afrika juga memiliki kesamaan. Kesamaan inilah yang mendukung bahwa benua pernah menyatu.
Kelemahan teori yang diajukan Wegener yaitu tidak dapat menjelaskan bagaimana benua terpisah dan bergerak menjauh.
Pada awal tahun 1960 muncul teori baru yang dikenal dengan teori Seafloor Spreading yang dikemukakan oleh seorang ilmuan dari Pricenton University yang bernama Harry Hess. Hess menjelaskan bahwa dibawah kerak bumi tersusun atas material yang panas dan memiliki massa jenis yang rendah. Akibatnya, material tersebut naik ke punggung kerak samudera. Kemudian material bergerak kesamping bersama dasar kerak samudera, hingga bagian dasar kerak samudera tersebut menjauh dari punggung kerak samudera dan membentuk sebuah patahan. Akibat dari hak tersebut, maka magma akan naik ke atas dan mengisi patahan tersebut. magma yang telah sampai ke patahan akan mendingin dan membentuk kerak yang baru. Teori ini mampu menjelaskan bagaimana proses terbentuknya lembah maupun gunung bawah laut. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian tentang usia batuan dasar laut dengan kapal Glomar Challenger (1986). Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa usia batuan pada punggung kerak samudera lebih tua dari usia batuan pada dasar kerak.
Kemudian ilmuan mengembangkan teori berdasarkan teori Continental drift dan seafloor spreading teori ini disebut teori tektonik lempeng. Berdasarkan teori ini, kerak bumi dan bagian atas dari mantel bumi terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian ini disebut lempeng. Lempeng tersusun atas kerak dan bagian atas mantel bumi. Ketika lempeng bergerak, akan terjadi interaksi antar lempeng. Pergerakan sebuah lempeng akan mengakibatkan perubahan pada lempeng lainnya.
• Divergent : apabila 2 lempeng bergerak saling menjauh.
• Convergent : apabila 2 lempeng bergerak saling mendekat. Pergerakan lempeng secara konvergen akan mengakibatkan tabrakan antar
lempeng, akibantnya terjadi fenomena subduksi dan tabrakan antarbenua. Tabrakan antar benua terjadi ketika kerak benua
bergerak saling mendekat. Contohnya pegunungan himalaya. Pegunungan himalaya terbentuk karena ada dua lempeng benua yang
bertabrakan, sehingga mengakibatkan salah satu kerak benua terdorong ke atas dan membentuk pegunungan.
Referensi:
Widodo Wahano, dkk. 2016. Ilmu Penegtahuan Alam. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta
Komentar
Posting Komentar