12 Juni 2019.
Perjalanan di mulai. Beberapa hari kedepan aku akan melalui hal-hal yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya, di tempat baru, susasana baru, dan dengan sebagian orang-orang baru.
Alhamdulillah wa syukurillah. Flight pertama pesawat dari Pekanbaru menuju Kuala Lumpur Malaysia dengan waktu tempuh lebih kurang hanya 45 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Jeddah Saudi Arabia. Menempuh waktu lebih kurang 8 jam dan setibanya di Jeddah pukul 3 subuh aku dan rombongan disambut oleh beberapa orang pria, dan kemudian dari beberapa pria tersebut satu orang diantaranya ikut serta ke perjalanan kami berikutnya menuju kota Madinah. Ya, beliau mutawwif nya. Nama nya ustaz Ghufran, WNI yang sudah menetap beberapa tahun terakhir di Jeddah.
Di dalam bis menuju Madinah dimana kondisi badan lelah, sedikit pegal, kaki bengkak karena lama duduk di pesawat, mata mengantuk karena masih subuh, aku terbangun oleh kalimat yang diucapkan oleh ustaz Ghufran setelah salam. “Bapak Ibu tamu Allah, tamu Rasulillah”. masyaAllah, kalimat itu sangat magic bagiku, tersentak dan seakan semua capek selama perjalanan hilang mendengar kalimat singkat itu. Tamu Allah, . Mataku memerah, bukan karena mengantuk, sedikit basah namun bukan kelilipan debu, melainkan karena kalimat itu. Syukurku panjatkan seraya berterimakasih kepada Allah telah mengundang hamba yang dhoif ini untuk menjadi tamu nya di tempat yang paling mulia di dunia ini, tempat para nabi, tempat kekasih-kekasih Allah lahir dan mendakwahkan islam. Allahuakbar. Tamu Rasulillah , yang ada dibenakku ialah Ya Allah.. Nabi dulu pernah disini, manusia mulia itu hidup disini, dia pernah ada disini, ditempat yang sekarang akan ku kunjungi, ya.. aku merasa sangat dekat dengan Rasulullah saat itu, dan itu adalah salah satu kebahagiaan dan kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. masyaAllah.
Bis melaju kencang diatas jalanan datar, perlahan surya terbit matahari muncul menampakkan diri mataku fakos pada bukit-bukit indah ditepi jalan yang kulewati. Ternyata bukit-bukit itu sudah ada sejak awal perjalanan dimulai, tapi karena malam jadi tidak terlihat. masyaAllah.. semakin terasa dekat dengan mu ya Rasulullah.. yang ku bayangkan saat itu adalah perang badar, perang uhud, rasulullah hijrah dll nya, ditanah ini, tanah yang ku pijaki saat ini. Salawat ku panjatkan untuk manusia mulia itu, seraya bergumam lirih.. ya Rasulullah, Aku datang
Sesampainya di Madinah. masyaAllah, kota terindah yang pernah ku lihat dan ku kunjungi selama hidupku. Rapi, bersih, indah, tertata. Di sudut jalan ku lihat tembok yang bertuliskan “start of haram area”, serasa mimpi sekarang aku berada di tanah harram, tanah yang Allah sucikan dan muliakan.
Aku terpaku, diam. Keberkahan kota ini begitu terasa. Ntahlah, perasaanku nyaman berada disini. Tidak ada kesibukan yang tak berarti, semua sibuk dengan hal-hal baik sepenglihatanku. Jalanan tidak macet, tidak ada bunyi klakson menggelegar, tidak ada ibu – ibu naik motor sain kiribelok kanan, tak ada kesibukan dunia yang berarti, sepenglihatanku. Sepanjang perjalannku menuju masjid Nabawi.
Setibanya di masjid Nabawi, masyaAllah... baru melihat payung di emperan mesjid daja aku sudah berkaca-kaca, Allahu indahnya. masyaAllah. Rumah Mu indah ya Allah..... ini masih dunia, belum surga. Ibadah Dhuha menjadi pembuka di Masjid terindah yang pernah ku kunjungi selama hidupku. Bangunan yang megah dengan ciri khas timur tengah yang begitu mewah. Dominan warna emas didalamnya, begitu bersih dan rapi, masyaAllah. Rumah Allah harus paling indah dibandingkan bangunan-bangunan lainnya, mungkin begitu ya kata arsitek yang desain ini masjid hhehe.
Selama di Madinah alhamdulillah dapat kesempatan ke Raudha, aku sangat exited. Kata ustad, raudha adalah salah satu taman surga, yakni jarak antara mimbar Rasulullah dengan rumahnya dulu. Ku siapkan doa terbaik. Semakin dekat ke raudha mataku terfokus pada makam Rasulullah dan para sahabatnya . Merinding, makam manusia paling mulia itu ada didekatku. Ya Rasulullah... aku datang, syafaatkan aku di akhirat, bariskan aku dibelakangmu saat hari hisab nanti agar aku selamat, doakan aku dijembatan siraat agar aku selamat, mudahkan aku mengamalkan sunah mu agar aku selamat. Agar aku selamat sampai surga dan nanti bisa tiap saat bertemu dengan mu ya Rasulullah . aku tertunduk lesu, andaikan engkau masih hidup sampai hari ini ya Rasulullah, andaikan engkau disini saat ini . Aku rindu ya Rasulullah....... :(
Bersambung..
Perjalanan di mulai. Beberapa hari kedepan aku akan melalui hal-hal yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya, di tempat baru, susasana baru, dan dengan sebagian orang-orang baru.
Alhamdulillah wa syukurillah. Flight pertama pesawat dari Pekanbaru menuju Kuala Lumpur Malaysia dengan waktu tempuh lebih kurang hanya 45 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Jeddah Saudi Arabia. Menempuh waktu lebih kurang 8 jam dan setibanya di Jeddah pukul 3 subuh aku dan rombongan disambut oleh beberapa orang pria, dan kemudian dari beberapa pria tersebut satu orang diantaranya ikut serta ke perjalanan kami berikutnya menuju kota Madinah. Ya, beliau mutawwif nya. Nama nya ustaz Ghufran, WNI yang sudah menetap beberapa tahun terakhir di Jeddah.
Di dalam bis menuju Madinah dimana kondisi badan lelah, sedikit pegal, kaki bengkak karena lama duduk di pesawat, mata mengantuk karena masih subuh, aku terbangun oleh kalimat yang diucapkan oleh ustaz Ghufran setelah salam. “Bapak Ibu tamu Allah, tamu Rasulillah”. masyaAllah, kalimat itu sangat magic bagiku, tersentak dan seakan semua capek selama perjalanan hilang mendengar kalimat singkat itu. Tamu Allah, . Mataku memerah, bukan karena mengantuk, sedikit basah namun bukan kelilipan debu, melainkan karena kalimat itu. Syukurku panjatkan seraya berterimakasih kepada Allah telah mengundang hamba yang dhoif ini untuk menjadi tamu nya di tempat yang paling mulia di dunia ini, tempat para nabi, tempat kekasih-kekasih Allah lahir dan mendakwahkan islam. Allahuakbar. Tamu Rasulillah , yang ada dibenakku ialah Ya Allah.. Nabi dulu pernah disini, manusia mulia itu hidup disini, dia pernah ada disini, ditempat yang sekarang akan ku kunjungi, ya.. aku merasa sangat dekat dengan Rasulullah saat itu, dan itu adalah salah satu kebahagiaan dan kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. masyaAllah.
Bis melaju kencang diatas jalanan datar, perlahan surya terbit matahari muncul menampakkan diri mataku fakos pada bukit-bukit indah ditepi jalan yang kulewati. Ternyata bukit-bukit itu sudah ada sejak awal perjalanan dimulai, tapi karena malam jadi tidak terlihat. masyaAllah.. semakin terasa dekat dengan mu ya Rasulullah.. yang ku bayangkan saat itu adalah perang badar, perang uhud, rasulullah hijrah dll nya, ditanah ini, tanah yang ku pijaki saat ini. Salawat ku panjatkan untuk manusia mulia itu, seraya bergumam lirih.. ya Rasulullah, Aku datang
Sesampainya di Madinah. masyaAllah, kota terindah yang pernah ku lihat dan ku kunjungi selama hidupku. Rapi, bersih, indah, tertata. Di sudut jalan ku lihat tembok yang bertuliskan “start of haram area”, serasa mimpi sekarang aku berada di tanah harram, tanah yang Allah sucikan dan muliakan.
Aku terpaku, diam. Keberkahan kota ini begitu terasa. Ntahlah, perasaanku nyaman berada disini. Tidak ada kesibukan yang tak berarti, semua sibuk dengan hal-hal baik sepenglihatanku. Jalanan tidak macet, tidak ada bunyi klakson menggelegar, tidak ada ibu – ibu naik motor sain kiribelok kanan, tak ada kesibukan dunia yang berarti, sepenglihatanku. Sepanjang perjalannku menuju masjid Nabawi.
Setibanya di masjid Nabawi, masyaAllah... baru melihat payung di emperan mesjid daja aku sudah berkaca-kaca, Allahu indahnya. masyaAllah. Rumah Mu indah ya Allah..... ini masih dunia, belum surga. Ibadah Dhuha menjadi pembuka di Masjid terindah yang pernah ku kunjungi selama hidupku. Bangunan yang megah dengan ciri khas timur tengah yang begitu mewah. Dominan warna emas didalamnya, begitu bersih dan rapi, masyaAllah. Rumah Allah harus paling indah dibandingkan bangunan-bangunan lainnya, mungkin begitu ya kata arsitek yang desain ini masjid hhehe.
Selama di Madinah alhamdulillah dapat kesempatan ke Raudha, aku sangat exited. Kata ustad, raudha adalah salah satu taman surga, yakni jarak antara mimbar Rasulullah dengan rumahnya dulu. Ku siapkan doa terbaik. Semakin dekat ke raudha mataku terfokus pada makam Rasulullah dan para sahabatnya . Merinding, makam manusia paling mulia itu ada didekatku. Ya Rasulullah... aku datang, syafaatkan aku di akhirat, bariskan aku dibelakangmu saat hari hisab nanti agar aku selamat, doakan aku dijembatan siraat agar aku selamat, mudahkan aku mengamalkan sunah mu agar aku selamat. Agar aku selamat sampai surga dan nanti bisa tiap saat bertemu dengan mu ya Rasulullah . aku tertunduk lesu, andaikan engkau masih hidup sampai hari ini ya Rasulullah, andaikan engkau disini saat ini . Aku rindu ya Rasulullah....... :(
Bersambung..
Komentar
Posting Komentar