Assalamu’alaikum, wr wb.
Masih bersama saya yang sudah lama sekali membiarkan blog ini bertahan tanpa postingan terbarunya.
Ucapan terima kasih tak terhingga untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam yang masih mengizinkanku hingga saat ini menghirup sepuasnya udara milik-Nya, melihat dan memandang langit serta laut kekuasaan-Nya, alhamdulillah. Uswatun hasanah nabiullah Muhammad SAW, manusia pilihan dengan segala kemuliaan yang dianugerahkan kepadanya, kekasih Allah, pemberi syafaat di hari hisab nanti,Allahumma shalli’ala Muhammad wa ‘alaaliiMuhammad, assalamualyka yaa Rasulullah. Rinduku padamu ya Rasul.
Jumat malam, 13 februari 2015. Setelah melalui hari ini dengan berbagai kesibukan, tubuh meminta untuk sejenak direbahkan dan otak meminta untuk tidak memikirkan sesuatu yang berkaitan dengan ilmu kimia khusus untuk malam ini. Mata seolah protes agar malam ini saja tidak menatap layar laptop. Sementara tangan seolah mengikuti perintah otak agar segera mengambil alih remot televisi yang sudah sangat sering diabaikan dalam beberapa hari ini. Asik menonton, gonta ganti stasiun televisi. Berita politik, pendidikan, wirausaha, hingga bencana banjir yang sedang jadi tranding topic di Indonesia saat ini. Namun sayangnya mata tak mau meihat terlalu lama ke Tv, begitu juga tangan seakan malas untuk mencari siaran terbaik karena memang acara di Tv saat ini tidak ada yang terlalu menarik perhatian, dan jujur pasca pilpres 2014 lalu jadi malas untuk menonton tv karena masing-masing stasiun tv punya berita versinya masing-masing, sulit dipercaya mana yang benar. Lantas tanpa fikir panjang hati menyetujui untuk tidak melanjutkan menonton Tv. Otak yang tadinya minta istirahat seakan bangun kembali dan memerintahkan tangan untuk menulis diatas papan keyboard laptop usang kesayanganku. Oke baiklah! Sekarang aku siap memulai tulisan ini.
Bismillahirrahmanirrahim...
Pernahkah kalian menolong orang lain? Atau pernahkah kalian ditolong orang lain? Saya rasa pertanyaan ini sudah saya ketahui jawabannya. Pastilah sebagai makhluk sosial kita pernah menolong dan juga ditolong. Namun, apakah yang membuat kita tergerak untuk menolong orang lain? atau pernah terfikirkah oleh kita kalau orang yang sempat kita benci sewaktu-waktu menjadi pahlawan penolong kita? Lantas, keikhlasankah yang melatar belakangi kita untuk menolong orang lain atau hanya ingin terlihat baik dimata manusia? Dan ucapan terima kasih kah yang kita ucapkan setelah mendapat pertolongan atau menunjukkan ekspresi datar seolah-olah kesulitan itu lepas dengan sendiri nya tanpa ada campur tangan orang lain? masih ada satu pertanyaan lagi. Menurut saya ini yang terpenting, apakah yang kita rasakan ketika kita ditolong dan bisa menolong orang lain? bahagia? Repot?biasa saja?atau ada opsi lain?. Mungkin untuk pertanyaan yang terakhir ini jawabannya menentukan kualitas hati kita. Sudah dijawab pertanyaan-pertanyaan diatas? Jika masih ragu-ragu dalam menjawabnya ada baiknya kita koreksi pribadi dan diri kita.
Tolong-menolong. Kata yang sederhana namun dampaknya sangat luar biasa. Membuat yang sebelumnya tidak mungkin menjadi mungkin, tidak pasti bisa menjadi pasti, sulit menjadi mudah dan masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi jika tolong-menolong dapat terus dilakukan. Urusan orang lain sudah pasti bukan urusan kita, memang bukan sepenuhnya hak kita untuk ikut campur, namun mempermudah urusan orang lain tidak ada salahnya bukan? Ketika orang meminta sebuah pertolongan kepada kita apa yang pertama terlintas dibenak kita? merasa curiga, merasa tidak mampu, atau malas? Oke, mari kita positive thinking. Saat ada orang yang membutuhkan pertolongan kita dan meminta bantuan kita itu berarti kita sudah mendapat sebuah kepercayaan darinya, maka tugas kita selanjutnya adalah menghargai kepercayaan yang diberikan orang tersebut kepada kita, berterima kasih karena telah mempercayai kita untuk menolongnya, serta mengapresiasi kepercayaan yang orang tersebut berikan kepada kita. selagi kita mampu tiada salahnya untuk menolong meskipun orang tersebut hanya minta tolong disaat beliau butuh saja atau apapun itu alasannya jangan diperdulikan, biarlah itu menjadi rahasianya sendiri ,yang terpenting kita sudah menolongnya semampu kita. Jika terjadi hal demikian apakah selanjutnya kita dikatakan orang yang bodoh? Atau orang yang bisa” dimanfaatkan?” ,serta menjadi orang yang dirugikan jika pertolongan yang kita berikan berupa nominal atau materi?. Bodoh? Saya rasa tidak, Allah telah terlebih dulu mengetahui niat baik kita, dan malaikat pencatat amal baik selalu sigap mencatat dengan rapi dan detail kebaikan tersebut. Orang yang bisa dimanfaatkan? Alhamdulillah kalau begitu, itu artinya kita adalah manusia yang bisa bermanfaat untuk orang lain, khairunnas anfa’uhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain. sekali lagi, mari positive thinking. Rugi? Saya rasa rezeki seseorang tak kan tertukar, jadi tak perlu khawatir.
Bayangkan jika kepercayaan itu kita sia-siakan atau kita abaikan, bisa jadi akan banyak hal-hal buruk yang bakal terjadi kedepannya.kekecewaan akan muncul seiring rusaknya rasa kepercayaan. Kita tidak tahu, bisa jadi orang yang kita biarkan susah itu adalah orang yang membantu kita besok, lusa, setahun lagi atau 10 tahun lagi. Yaa memang tak ada yang tahu akan hal itu. Lantas bayangkan jika kita dengan senang hati bersedia menolong orang tersebut, maka dengan sendiri nya benih-benih kebaikan akan lahir dan bertebaran. Senyum ketika bertemu kembali dilain kesempatan, atau mungkin kita tidak merasa sungkan jika sewaktu-waktu meminta pertolongan darinya.namun sebaliknya, jika kita dengan ketus menolak untuk membantu orang lain biasa jadi kedepannya komunikasi jadi tidak enak, tidak ada senyum ketika bertemu dan lain sebagainya. yaa bisa jadi . Saat kita berhasil memudahkan urusan orang lain dengan pertolongan yang kita berikan, meskipun bukan imbalan materi yang kita terima, namun yakin dan percayalah ada kesenangan dan ketenangan tersendiri yang dirasakan setelah kita bisa membantu dan memudahkan urusan orang lain.
Setelah kita menolong orang lain, biasanya orang tersebut mengucapkan terimakasih kepada kita. namun, percayalah keikhlasan kita karena telah menolongnya menyisakan doa kebaikan untuk kita didalam hatinya. Memang tidak ada yang menjamin kita akan didoakan oleh orang yang kita tolong , namun sekali lagi .. mari kita positive thinking! . Sebaliknya, jika kita menolak mentah-mentah ketika ada orang yang meminta pertolongan kepada kita, kekesalan timbul dan akibatnya? Yaph doa yang tadinya adalah doa kebaikan untuk kita berubah menjadi sebaliknya.
Allah selalu berikan yang terbaik untuk hamba-Nya yang berbuat baik. Jika ada orang yang meminta pertolongan kita, percayalah itu adalah benih kebaikan yang datang kepada kita untuk kita tebarkan, agar kita menjadi orang yang lebih baik lagi dimata Allah SWT. Percayalah Allah maha melihat apa yang kita kerjakan dan lakukan, bahkan lebih dari itu baru berniat saja Allah sudah mengetahuinya. Maka jangan suudzon dahulu ketika ada yang minta tolong. Jika ingin dimudahkan urusan kita, maka mudahkan juga urusan orang lain. karena hidup adalah pantulan pikiran, perkataan dan perbuatan kita. kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya dalam hidup kita, bisa jadi pertolongan-pertolongan yang luar biasa akan muncul dalam waktu yang tidak kita sangka-sangka dari orang yang tak terduga ,sebagai balasan dari Allah atas apa yang telah kita kerjakan. do the best! Fastabiqul khairat khairunnas anfa’uhum linnas.
salam bahagia ^^
wassalam...
Ririn Syafrina, 2016.
# Hanya engkau yang mampu melakukannya Wahai Hatim.. # 'Isham bin Yusuf pernah mendatangi majelis Hatim Al 'Asham kemudian bertanya, wahai Hatim Al 'Asham bagaimanakah engkau melaksanakan shalat ? Hatim Al 'Asham menoleh ke arah 'Isham bin Yusuf lalu menjawab, jika datang waktu shalat maka saya segera berwudhu baik secara dzahir maupun bathin. Apa yang engkau maksudkan dengan wudhu secara bathin ? tanya 'Isham bin Yusuf Jika wudhu secara dzahir adalah membasuh anggota wudhu dengan air, maka wudhu secara bathin adalah membasuh anggota wudhu dengan tujuh perkara, yaitu, taubat, penyesalan, meninggalkan dunia, meninggalkan pujian makhluq, meninggalkan wibawa, meninggalkan kedengkian dan meninggalkan hasad, jawab Hatim Al 'Asham. Kemudian Hatim melanjutkan, setelah itu saya pergi ke masjid dan mempersiapkann anggota tubuh dan menghadap ke arah kiblat. Pada saat itu saya berdiri diantara rasa harap dan cemas, dan saya merasa bahwa Allah meliha
Komentar
Posting Komentar